SOFTSKILL TUGAS KE-4
Nama: R. Ajeng Nasya Maulita Ningrum
Kelas: 1KA39
NPM: 17113091
Latar
Belakang
Pemuda merupakan
penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita
bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu
bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan
menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan
ide-ide ataupun gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta
berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam
masyarakat.
Studi kasus
Masa depan bangsa ada di tangan
pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat konstruktif bagi pembangunan dan
perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi
daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah
tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar.
Periode awal yaitu Kebangkitan
Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang merupakan
organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia
mulai mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu.
Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme,
Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu
tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang
mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai. Dari beberapa
gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati
adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang terbesar pada
saat itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926. Pemberontakan ini merupakan
percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi
pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan
Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi).
Pembahasan
Pengertian Pembangunan Bangsa Indonesia
Pembangunan
Menurut Para ahli
Siagian (1994)
memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian
usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh
suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan
bangsa (nation
building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita
(1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses
perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Menurut Deddy T.
Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai
transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan
strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi,
misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang
cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan
nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi
semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan
modernisasi ekonomi.
Transformasi
sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan
memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan,
kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam
proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering
dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan
nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut
masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme.
Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari
kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana
dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara
sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari
adanya pembangunan.
Dengan semakin
meningkatnya kompleksitas kehidupan masyarakat yang menyangkut berbagai aspek,
pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan
industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi
kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, modernisasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masyarakat yang meliputi segala
aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Oleh karena
dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada
perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses
pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi
modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat
modern, menggantikan alat-alat yang tradisional.
3.2 Pokok-Pokok Pikiran
Upaya pencapaian pembangunan
bangsa indonesia sebagai pijakan tujuan
nasional yang disepakati bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran
berikut :
1. Manusia
Berbudaya
Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga,
mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia
berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling
mutakhir baik yang bersifat materi maupun kejiwaan.
Manusia dikatakan mahluk Tuhan yang sempurna
karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal dan berbagai ketrampilan,
senantiasa berjuang. Untuk keperluan itu maka manusia hidup berkelompok (homo
socius) dan menghuni suatu wilayah tertentu yang dibinanya dengan kemampuan dan
kekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu, manusia berbudaya senantiasa
selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai berikut :
a. Manusia
dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan
b. Manusia
dengan cita-cita dinamakan Ideologi
c. Manusia
dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik
d. Manusia
dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi
Dari
uraian tersebut di atas diperoleh suatu kesimpulan bahwa manusia
bermasyarakat untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu kesejahteraan,
keselamatan dan keamanan. Ketiga hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional
yang mencakup dan meliputi kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek
sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :
Aspek
alamiah adalah :
a. Posisi
dan lokasi geografi negara
b. Keadaan
dan kekayaan alam
c. Keadaan
dan kemampuan penduduk
Aspek
sosial/kemasyarakatan adalah :
a. Ideologi
b. Politik
c. Sosial
d. Budaya
e. Pertahanan
dan Keamanan.
Aspek
alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra, sedangkan
aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah
Pancagatra. Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra.
Aspek-aspek di atas mempunyai hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat
yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan
(interdependensi).
2. Pancasila
sebagai Paradigma Pembangunan
Pancasila
sebagai paradigma pembangunan, artinya pancasila berisi anggapan-anggapan dasar
yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemamfaatan hasil-hasil pembangunan
nasional. Misalnya :
a.
Pembangunan
tidak boleh bersifat pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya
mementingkan
tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
b.
Pembangunan
tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi tertentu
dan mengabaikan
manusia nyata.
c. Pembangunan
harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh mengorbankan
manusia
nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
d. Pembangunan
dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan
dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
e. Pembangunan
diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan
mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan struktural.
Kemiskinan struktural, adalah
kemiskinan yang timbul bukan akibat malasnya individu atau warga Negara,
melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-struktur sosial yang tidak adil.
4. Makna
Pembangunan Nasional.
Adalah
rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi aspek politik,
ekonomi, sosial dan budaya, dan Hankam untuk
mencapai tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam aline IV Pembukaan UUD
1945.
5. Hakekat
Pembangunan Nasional
Adalah
pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia
pada umumnya. Wujud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia Indonesia
yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan trampil, berbudi luhur,
berakhlak mulia, desiplin, sehat jasmani dan rohani, bertanggung jawab, dan
mampu membangun diri dalam rangka membangun bangsanya.
6. Tujuan
Pembangunan Nasional
Untuk
mencapai tujuan nasional sebagaimnana yang termaktub dalam alinea ke empat
pembukaan UUD 1945 dalam rangka mencapai masyarakat Indonesia yang adil
dan makmur lahir dan batin berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah
Negara kesatuan RI dan lingkup pergaulan internasional yang merdeka dan
berdaulat.
Catatan :
Tujuan
nasional dalam Pembukaan UUD 1945, adalah :
1. Melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum.
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa.
4. Ikut melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan, kemerdekaan,
perdamaian
abadi, dan keadilan sosial.
3.3 Peran Pemuda
Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia
A. Sikap Pemuda terhadap Persoalan
Bangsa
Potensi yang dimiliki oleh generasi
muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam
mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin
memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala
sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan
masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya
penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai
amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan
keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.
Hal ini harus menjadi catatan agar
pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang
menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara
simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar
bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan
bangsa ;
1. Komitmen untuk meningkatkan
kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan
martabat bangsa Indonesia di mata
dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh
aktivitas pembangunan sejauh mungkin
dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya
dengan menegakkan semangat
berdikari.
2. Harmonisasi kehidupan sosial dan
meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga
berkembang mutual social trust yang
berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa.
Pelaksanaan hukum, sebagai benteng
formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa
tunduk pada kemauan pribadi pucuk
pimpinan negara.
3. Penyelenggara
negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa
Kata kucinya adalah segera
terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan
berwibawa di mata rakyat yang
memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya
kejelasan visi (ke depan) pemimpin
yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu
memberi inspirasi (inspiring) dan
mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif,
memiliki semangat jihad, komunikatif
terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat
solidaritas (solidarity maker) atau
conflict resolutor. Dan untuk pemuda, mereka harus
mempu memperjuangkan sistem
nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan
integritas para generasi muda
terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.
B. Peranan Pemuda dalam Membangun Bangsa
Dalam
literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum
pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit
pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk menjadikan
nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa
pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Dalam literatur sejarah berdirinya
Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum pemuda memiliki peranan penting dalam
membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan
kesatuan untuk menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka
telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17
Agustus 1945 yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
Dalam
literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum
pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit
pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk menjadikan
nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa
pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Dalam
literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum
pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit
pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk menjadikan
nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa
pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945
yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).
Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.
Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.
Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.
Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
- See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
C. Strategi
Pemuda Untuk Memujudkan Wawasan Kebangsaan
Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif,
memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah :
1. pemberdayaan
generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut
untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda
dalam mewujudkan kehidupan yang
sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha
pengembangan ini merupakan
pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan
merupakan rangkaian yang
berkelanjutan.
2. pemberdayaan
generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang
dan lintas sektoral, harus
dikoordinasikan sedini mungkin dari
perumusan kebijaksanaan,
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta
masyarakat.
3. menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan
pada
tingkat tertentu diharapkan agar
generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif
dalam membangun jati diri secara
bertanggung jawab dan efektif.
Dalam
pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang
merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa.
Proses gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman)
nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat
dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun.
Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka
memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa
sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun),
diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya
dalam lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana
kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
Pemuda dan
masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian. Pertama,
harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat
mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan
pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis
tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat,
dan minat masing-masing.
Kedua,
pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan
strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan
generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi
muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar
mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan.
Ketiga,
memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan
dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh
dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam
suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat
berkompetisi.
Referensi:
http://wegiaprianto.blogspot.com/2013/06/contoh-makalah-peran-pemuda-dalam.html
http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large
Tidak ada komentar:
Posting Komentar