WELCOME!

05/11/13

Peran pemuda dalam pembangunan nasional Indonesia.

SOFTSKILL TUGAS KE-4


Nama: R. Ajeng Nasya Maulita Ningrum
Kelas: 1KA39
NPM: 17113091


Latar Belakang
Pemuda merupakan penerus perjuangan generasi terdahulu untuk mewujukan cita-cita bangsa. Pemuda menjadi harapan dalam setiap kemajuan di dalam suatu bangsa, Pemuda lah yang dapat merubah pandangan orang terhadap suatu bangsa dan menjadi tumpuan para generasi terdahulu untuk mengembangkan suatu bangsa dengan ide-ide ataupun  gagasan yang berilmu, wawasan yang luas, serta berdasarkan kepada nilai-nilai dan norma yang berlaku di dalam masyarakat.
 Studi kasus
Masa depan bangsa ada di tangan pemuda. Ungkapan ini memiliki semangat konstruktif bagi pembangunan dan perubahan. Pemuda tidak selalu identik dengan kekerasan dan anarkisme tetapi daya pikir revolusionernya yang menjadi kekuatan utama. Sebab, dalam mengubah tatanan lama budaya bangsa dibutuhkan pola pikir terbaru, muda dan segar. 
Periode awal yaitu Kebangkitan Nasional tahun 1908, ditandai dengan berdirinya Budi Utomo yang merupakan organisasi priyayi Jawa pada 20 mei 1908. Pada periode ini, pemuda Indonesia mulai mengadopsi pemikiran-pemikiran Barat yang sedang booming pada saat itu. Pemikiran-pemikiran tersebut antara lain adalah Sosialisme, Marxisme, Liberalisme, dll. Pengaruh pemikiran ini terhadap pemikiran pemuda saat itu tergambar jelas pada ideologi dari sebagian besar organisasi pergerakan yang mengadopsi pemikiran Barat serta model gerakan yang mereka pakai. Dari beberapa gerakan yang terekam dalam sejarah Indonesia, salah satu yang paling diminati adalah model gerakan radikal. Salah satu gerakan radikal yang terbesar pada saat itu adalah Pemberontakan PKI tahun 1926. Pemberontakan ini merupakan percobaan revolusi pertama di Hindia antara 1925-1926. Selain mengadopsi pemikiran Barat, para pemuda di masa itu juga menerapkan esensi dari kebudayaan Jawa, Islam, dan konsep kedaerahan lainnya sebagai pegangan (ideologi). 

Pembahasan

Pengertian Pembangunan Bangsa Indonesia
Pembangunan Menurut Para ahli
Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan per­ubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasas­mita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana.
Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi.
Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan,  antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.
Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah sumua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pem­bangunan.
Dengan semakin meningkatnya kompleksitas kehidupan ma­syarakat yang menyangkut berbagai aspek, pemikiran tentang modernisasi pun tidak lagi hanya mencakup bidang ekonomi dan industri, melainkan telah merambah ke seluruh aspek yang dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, moderni­sasi diartikan sebagai proses trasformasi dan perubahan dalam masya­rakat yang meliputi segala aspeknya, baik ekonomi, industri, sosial, budaya, dan sebagainya.
Oleh karena dalam proses modernisasi itu terjadi suatu proses perubahan yang mengarah pada perbaikan, para ahli manajemen pembangunan menganggapnya sebagai suatu proses pembangunan di mana terjadi proses perubahan dari kehidupan tradisional menjadi modern, yang pada awal mulanya ditandai dengan adanya penggunaan alat-alat modern, menggantikan alat-alat yang tradisio­nal.

3.2 Pokok-Pokok Pikiran
Upaya pencapaian pembangunan bangsa indonesia sebagai pijakan tujuan
nasional yang disepakati bersama didasarkan pada pokok-pokok pikiran berikut :
1. Manusia Berbudaya
Manusia adalah mahluk Tuhan yang pertama-tama berusaha menjaga, mempertahankan eksistensi dan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, manusia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya dari yang paling pokok sampai yang paling mutakhir baik yang bersifat  materi maupun kejiwaan.

Manusia dikatakan mahluk Tuhan yang sempurna karena memiliki naluri, kemampuan berpikir, akal dan berbagai ketrampilan, senantiasa berjuang. Untuk keperluan itu maka manusia hidup berkelompok (homo socius) dan menghuni suatu wilayah tertentu yang dibinanya dengan kemampuan dan kekuasaannya (zoon politicon). Oleh karena itu, manusia berbudaya senantiasa selalu mengadakan hubungan-hubungan sebagai berikut :
                       a.       Manusia dengan Tuhan dinamakan Agama/Kepercayaan
b.      Manusia dengan cita-cita dinamakan Ideologi
                      c.       Manusia dengan kekuatan/kekuasaan dinamakan Politik
                            d.       Manusia dengan pemenuhan kebutuhan dinamakan Ekonomi
                                           

Dari uraian tersebut di atas diperoleh  suatu kesimpulan bahwa manusia bermasyarakat  untuk mendapatkan kebutuhan hidupnya yaitu kesejahteraan, keselamatan dan keamanan. Ketiga hal itu adalah hakekat dari ketahanan nasional yang mencakup dan meliputi kehidupan nasional yaitu aspek alamiah dan aspek sosial/kemasyarakatan sebagai berikut :

Aspek alamiah adalah :
     a.       Posisi dan lokasi geografi negara
b.      Keadaan dan kekayaan alam
           c.        Keadaan dan kemampuan penduduk
Aspek sosial/kemasyarakatan adalah :
   a.       Ideologi
b.      Politik
c.       Sosial
 d.      Budaya
                                e.      Pertahanan dan Keamanan.

Aspek alamiah bersifat statis dan sering disebut dengan istilah Trigatra, sedangkan aspek sosial/kemasyarakatan bersifat dinamis disebut juga dengan istilah Pancagatra.  Kedua aspek itu biasanya disebut dengan Astagatra. Aspek-aspek di atas mempunyai hubungan timbal balik antargatra yang sangat erat yang disebut dengan istilah keterhubungan (korelasi) dan ketergantungan (interdependensi).

2. Pancasila sebagai Paradigma Pembangunan

Pancasila sebagai paradigma pembangunan, artinya pancasila berisi anggapan-anggapan dasar yang merupakan kerangka keyakinan yang berfungsi sebagai acuan, pedoman dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan pemamfaatan hasil-hasil pembangunan nasional.  Misalnya :
a.       Pembangunan tidak boleh bersifat  pragmatis, yaitu pembangunan itu tidak hanya
mementingkan tindakan nyata dan mengabaikan pertimbangan etis.
               b.      Pembangunan tidak boleh bersifat ideologis, yaitu secara mutlak melayani Ideologi tertentu
dan mengabaikan manusia nyata.
           c.      Pembangunan harus menghormati HAM, yaitu pembangunan tidak boleh mengorbankan
manusia nyata melainkan menghormati harkat dan martabat bangsa.
                  d.     Pembangunan dilaksanakan secara demokratis, artinya melibatkan masyarakat sebagai tujuan
pembangunan dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebutuhan mereka.
   e.      Pembangunan diperioritaskan pada penciptaan taraf minimum keadilan sosial, yaitu
mengutamakan mereka yang paling lemah untuk menghapuskan kemiskinan struktural.          Kemiskinan struktural, adalah kemiskinan yang timbul bukan akibat malasnya individu atau warga Negara, melainkan diakibatkan dengan adanya struktur-struktur sosial yang tidak adil.

4. Makna Pembangunan Nasional.

Adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial dan budaya, dan Hankam untuk mencapai tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam aline IV Pembukaan UUD 1945.

5. Hakekat Pembangunan Nasional

Adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia pada umumnya.  Wujud manusia Indonesia seutuhnya adalah manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan trampil, berbudi luhur, berakhlak mulia, desiplin, sehat jasmani dan rohani, bertanggung jawab, dan mampu membangun diri dalam rangka membangun bangsanya.

6. Tujuan Pembangunan Nasional

Untuk mencapai tujuan nasional sebagaimnana yang termaktub dalam alinea ke empat pembukaan UUD 1945 dalam rangka mencapai  masyarakat Indonesia yang adil dan makmur lahir dan batin berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara kesatuan RI dan lingkup pergaulan internasional yang merdeka dan berdaulat.
Catatan :
Tujuan nasional dalam Pembukaan UUD 1945, adalah :
1. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
    Indonesia.
2. Memajukan kesejahteraan umum. 
3. Mencerdaskan kehidupan bangsa. 
4. Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan,  kemerdekaan,
     perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

3.3  Peran Pemuda Dalam Pembangunan Bangsa Indonesia

A. Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa

Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa. Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.

Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ;

1.  Komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan
martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh
aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya
dengan menegakkan semangat berdikari.
2.   Harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga
berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa.
Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa
tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara.
3.    Penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa
Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan
berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya
kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu
memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif,
memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat
solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor. Dan untuk pemuda, mereka harus
mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan
integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat.



B. Peranan Pemuda dalam Membangun Bangsa


Dalam literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk  menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa  STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).

Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.

Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.

Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.

Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
  - See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf

        Dalam literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk  menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa  STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).

Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.

Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.

Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.

Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.


Dalam literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk  menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa  STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).

Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.

Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.

Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.

Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
  - See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf
Dalam literatur sejarah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia kaum pemuda memiliki peranan penting dalam membangun bangsa (nation). Spirit pentingnya nilai-nilai persatuan dan kesatuan untuk  menjadikan nusantara sebuah negara kesatuan yang merdeka telah muncul di jiwa pemuda jauh sebelum pembacaan teks proklamasi tanggal 17 Agustus 1945 yang dilakukan Ir. Soekarno dan Moh. Hatta.

Penjajahan panjang yang telah dilakukan oleh kolonial asing telah menjadi latar belakang bagi pemuda bangsa kita harus berdiri sendiri “merdeka”. 20 Mei 1908 berdirinya organisasi Budi Utomo diyakini sebagai cikal-bakal organisasi pergerakan nasional pemuda yang cukup berpengaruh di mata Pemerintahan Hindia-Belanda ketika itu, organisasi yang dimotori oleh sejumlah mahasiswa  STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) seperti Dr.Soetomo, Cipto Mangunkusumo, dan R.T. Ario Tirtokusumo tersebut didirikan bertujuan untuk membangun kesadaran serta pengetahuan masyarakat pribumi tentang pentingnya memajukan pendidikan, sosial, ekonomi dan politik untuk kemajuan bangsa. Sehingga momen berdirinya organisasi Budi Utomo tersebut diperingati setiap tahun sebagai Hari Kebangkitan Nasional (HARKITNAS).

Peranan pemuda dalam upaya membangun bangsa masih berlanjut pada tanggal 28 Oktober 1928, upaya pemuda kali ini bertujuan untuk persatuan masyarakat Indonesia yang terdiri dari beragam suku bangsa, M. Yamin melalui organisasi Pergerakan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) telah merumuskan teks persatuan pemuda yang dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Moment Sumpah Pemuda yang beberapa hari lalu menjadi peringatan kita tersebut telah berhasil memberikan ruh persatuan dan kebangsaan bangsa Indonesia.

Peristiwa bersejarah pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 oleh Ir. Soekarno dan Moh. Hatta juga melibatkan peran cerdas segelintir pemuda. Peristiwa Rengas Dengklok, berawal pada “penculikan” Ir. Soekarno yang dilakukan Soekarni, Wikana,dan Chaerul Tanjung (Komunitas Menteng 31) tersebut telah berhasil membawa Indonesia “merdeka” de jure. Pembacaan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia tersebut sontrak saja mengagetkan kolonial asing yang masih menancapkan kaki-kaki nya di republik ini.

Begitu juga yang terjadi pada masa orde baru, pemuda yang dimotori oleh gerakan mahasiswa telah mengotaki pelengseran rezim orde baru yang dikenal otoriter, tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998 presiden Soeharto yang telah berkuasa selama 32 tahun lamanya berhasil diturunkan paksa oleh gerakan mahasiswa yang bergerak dilatar belakangi oleh kondisi krisis ekonomi ketika itu.

Tidak dapat dipungkiri bahwa pemuda memiliki andil dalam proses perjalanan panjang bangsa kita. Semangat persatuan, semangat untuk bebas dari keterjajahan asing, serta semangat kebangsaan merupakan embrio yang dimiliki pemuda untuk membangun bangsa dari ketepurukan. Namun kondisi bangsa saat ini tampaknya kembali membutuhkan perhatian pemuda, mengingat saat ini telah terjadi krisis nilai-nilai kebangsaan, maraknya kasus korupsi berjamaah yang melibatkan pejabat negara mulai dari legislatif, yudikatif, hingga eksekutif tampaknya telah keluar jauh dari esensi tujuan berdirinya suatu bangsa.

Pemuda harus kembali mengambil peran dalam membawa arah bangsa ini kembali ke rel nya, budaya korupsi yang saat ini telah mengakar harus segera dihentikan!. Bangsa ini membutuhkan pemuda yang sadar akan bahaya laten korupsi yang telah mengikis nilai-nilai kebangsaan tersebut. Oleh karena itu pemuda harus menjadi pelopor pergerakan melawan budaya korupsi saat ini, karena pemuda lah yang memiliki masa depan maka akan menjadi sangat penting kalau pemuda memahami dan memiliki kesadaran bahwa budaya korupsi akan membawa bangsa kita ke dalam keterpurukan.
  - See more at: http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large#sthash.fV5Wqatk.dpuf


C.      Strategi Pemuda Untuk Memujudkan Wawasan Kebangsaan

Strategi yang perlu dilakukan untuk mewujudkan pemuda Indonesia yang berwawasan kebangsaan, cerdas, terampil, kreatif, memiliki daya saing dan berakhlak mulia adalah :

1.   pemberdayaan generasi muda yang dilaksanakan harus terencana, menyeluruh, terpadu,
terarah, bertahap dan berlanjut untuk memacu tumbuh kembangnya wawasan generasi muda
dalam mewujudkan kehidupan yang sejajar dengan generasi muda bangsa-bangsa lain. Usaha
pengembangan ini merupakan pemerataan serta perluasan dari tahap sebelumnya dan
merupakan rangkaian yang berkelanjutan.
2.  pemberdayaan generasi muda merupakan program pembangunan yang bersifat lintas bidang
dan lintas sektoral, harus dikoordinasikan sedini  mungkin dari perumusan kebijaksanaan,
perencanaan, pelaksanaan,  pengendalian dan pengawasanserta melibatkan peran serta
masyarakat.
3. menempatkan posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai objek dan pada
tingkat tertentu diharapkan agar generasi muda dapat berperan secara lebih aktif, produktif
dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif.

Dalam pelaksanaan strtategi ini, perlu dirancang rumusan hak dan kewajiban yang merupakan proses gradual semenjak kanak-kanak hingga mencapai usia dewasa. Proses gradual ini secara sosiologis meru¬pakan proses sosialisasi (penanaman) nilai dan norma masyarakat sesuai dengan tahapan usianya. Proses ini dapat dikelompokkan sesuai usia; 0-6 tahun, 6-18 tahun, 18-21 tahun dan 21-35 tahun. Kelompok 6-18 tahun harus mulai melakukan interaksi sosial dalam rangka memperoleh keterampilan sosial sebagai bekal untuk menjadi orang dewasa sehingga ketika mereka mencapai usia kelompok berikutnya (usia 21-35 tahun), diharapkan mampu mencapai tingkat kematangan pemikiran sekaligus mampu menerapkannya dalam lingkungannya. Namun demikian, perlu sarana kondusif untuk mencapai puncak kematangan sebuah generasi.
  
 Pemuda dan masyarakat umumnya, memerlukan fasilitas untuk mencapai kemandirian. Pertama, harus diciptakan iklim yang kondusif agar para generasi muda dapat mengaktualisasikan segenap potensi, bakat, dan minat yang dimilikinya. Dengan pernyataan ini maka berarti kita memiliki pandangan yang positif dan optimis tentang para generasi muda, yaitu bahwa setiap generasi muda memiliki potensi, bakat, dan minat masing-masing.

         Kedua, pemberdayaan generasi muda membutuhkan suatu strategi kebudayaan, bukan strategi kekuasaan. Dengan strategi kebudayaan berarti kita harus menempatkan generasi muda bukan lagi sebagai obyek, melainkan sebagai subyek. Para generasi muda harus diberikan otoritas untuk melakukan proses pembelajaran sendiri agar mereka menjadi lebih berdaya dan diberdayakan.

     Ketiga, memberikan kesempatan dan kebebasan kepada para generasi muda untuk mengorganisasikan dirinya secara bebas dan merdeka. Ini dimaksudkan agar etos kompetisi tumbuh dan berkembang dengan baik. Kecenderungan untuk menyeragamkan mereka dalam suatu wadah tunggal seperti kebiasaan lama ternyata justru menumbuhkan semangat berkompetisi.




       
 Referensi:
http://wegiaprianto.blogspot.com/2013/06/contoh-makalah-peran-pemuda-dalam.html
http://suar.okezone.com/read/2013/10/30/58/889382/large









Share This

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Distributed By Blogger Template | Designed By Blogger Templates