- Penalaran Paragraf Deduktif
Metode-metode Penalaran Deduktif
Metode
berpikir deduktif adalah suatu metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang
umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian yang
khusus. Hal ini adalah suatu sistem penyusunan fakta yang telah diketahui
sebelumnya guna mencapai suatu kesimpulan yang logis. Dalam penalaran deduktif,
dilakukan melalui serangkaian pernyataan yang disebut silogisme dan terdiri
atas beberapa unsur yaitu:
1.
Dasar pemikiran utama (premis mayor)
2.
Dasar pemikiran kedua (premis minor)
3.
Kesimpulan
Jenis
penalaran deduktif yaitu:
·
Silogisme Kategorial = Silogisme yang
terjadi dari tiga proposisi.
·
Silogisme Hipotesis = Silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang berproposisi konditional hipotesis.
·
Silogisme Akternatif = Silogisme yang
terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
· Entimen = Silogisme ini jarang ditemukan
dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan
hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
Premis
mayor : Semua siswa SMA kelas X wajib mengikuti pelajaran Sosiologi.
Premis
minor : Bob adalah siswa kelas X SMA
Kesimpulan : Bob wajib mengikuti jam pelajaran
Sosiologi
Contoh Paragraf Deduktif
Chairil
Anwar terkenal sebagai penyair. Ia disebut penyair yang membawa pembaharuan
dalam puisi. Ada yang mengatakan dia sebagai seorang individualis. Ada yang
menilai bahwa ia seorang yang kurang bermoral dan plagiat karena ada sebagian
kecil dalam gubahannya merupakan jiplakan dari puisi asing. Dalam sajak-sajaknya
yang dikumpulkan dalam "Deru Campur Debu" memperlihatkan adanya
perbedaan bentuk, corak, gaya, dan isi. Tanggapan orang terhadap Chairil
berbeda-beda. Namun, bagaimanapun ia tetap seorang penyair besar yang membawa
kesegaran baru dalam bidang puisi pada 1945.
Penarikan
kesimpulan deduktif dibagi menjadi dua, yaitu penarikan langsung dan tidak
langsung.
1.
Penarikan simpulan secara langsung
Simpulan
secara langsung adalah penarikan simpulan yang ditarik dari satu premis. Premis
yaitu prosisi tempat menarik simpulan.
Simpulan
secara langsung:
1.
Semua S adalah P. (premis)
Sebagian
P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua manusia mempunyai rambut. (premis)
Sebagian
yang mempunyai rambut adalah manusia. (simpulan)
2.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu pun S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Semua pistol adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak satu pun pistol adalah senjata tidak
berbahaya. (simpulan)
3.
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua
S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak seekor pun gajah adalah jerapah. (premis)
Semua gajah adalah bukan jerapah. (simpulan)
4.
Semua S adalah P. (premis)
Tidak
satu-pun S adalah tak P. (simpulan)
Tidak
satu-pun tak P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Semua kucing adalah berbulu. (premis)
Tidak
satu pun kucing adalah tak berbulu. (simpulan)
Tidak
satu pun yang tak berbulu adalah kucing. (simpulan)
2.
Penarikan simpulan secara tidak langsung
Untuk penarikan simpulan secara tidak
langsung diperlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis tersebut akan
menghasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat
umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Jenis
penalaran deduksi dengan penarikan simpulan tidak langsung, yaitu:
1.
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun
dari dua proposi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Contohnya:
-
Semua manusia akan mati
-
Ani adalah manusia
Jadi,
Ani akan mati. (simpulan)
- Semua manusia bijaksana
- Semua dosen adalah manusia
Jadi,
semua dosen bijaksana. (simpulan)
2.
Entimen
Entimen
adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Dan dapat dikatakan silogisme
premisnya dihilangkan atau tidak diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
Contohnya
:
- Proses fotosintesis memerlukan sinar matahari
- Pada malam hari tidak ada sinar matahari
Pada
malam hari tidak mungkin ada proses fotosintesis.
- Semua ilmuwan adalah orang cerdas
- Anto adalah seorang ilmuwan.
Jadi,
Anto adalah orang cerdas.
Jadi,
dengan demikian silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya, entimen juga dapat dijadikan
silogisme.